Tuesday, April 13, 2010

Sirosis hepatis

A. Pengertian
  • Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis.
  • Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
B. Penyebab
Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah:
1) Post nekrotic cirrhosis (viral hepatits)
2) Proses autoimmune:
  • Cronic active hepatitis.
  • Biliary cirhosis
3) Alkoholisme

C. Manifestasi Klinis

  1. Mual-mual, nafsu makan menurun
  2. Cepat lelah
  3. Kelemahan otot
  4. Penurunan berat badan
  5. Air kencing berwarna gelap
  6. Kadang-kadang hati teraba keras
  7. Ikterus, spider naevi, erytema palmaris
  8. Asites
  9. Hematemesis, melena
  10. Ensefalopati
D. Pemeriksaan Laboratorium
  1. Urine : bila ada ikterus, urobilin dan bilirubin menjadi positif.
  2. Feses : ada perdarahan maka test benzidin positif.
  3. Darah : dapat timbul anemia, hipoalbumin, hiponatrium.

    · Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.

    · Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.

    · Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.

    · Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek.

    · Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.

    · Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.

    · Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis jelek.

    · Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.

  4. Test faal hati.
E. Prognosis Yang Jelek
  1. Adanya ikterus yang jelek.
  2. Pengobatan sudah satu bulan tanpa perbaikan.
  3. Asites.
  4. Hati yang mengecil.
  5. Ada komplikasi yang neurologist.
  6. Ensefalopati.
  7. Perdarahan.
F. Anatomi Fisiologi

Gambar : Anatomi Fisiologi Sirosis Hepatis

G. Patofisiologi
  • Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
  • Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.

H. Tanda dan Gejala
  • Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis hepatis ini, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni).
I. Penatalaksanaan
  1. Istirahat yang cukup sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
  2. Makanan tinggi kalori dan protein.
  3. Mengatasi infeksi dengan antibiotic.
  4. Memperbaiki keadaan gizi.
  5. Roboransia.Vitamin B Kompleks yang cukup. Dilarang makan-makanan yang mengandung alcohol.
Penatalaksanaan asites dan edema adalah :
  1. Istirahat dan diet rendah garam.
  2. Bila Istirahat dan diet rendah garam tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretic berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah 3-4 hari tidak terdapat perubahan.
  3. Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis.
  4. Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1kg/2 hari atau keseimbangan cairan negative 600-800 ml/hari. Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam satu saat, dapat mencetus ensefalopati hepatic.


KONSEP DASAR TEORI
ASKEP PENYAKIT SIROSIS HEPATIS


A. DATA FOKUS
1) Data Subyektif
  • Keluhan perut tidak enak, mual dan nafsu makan menurun.
  • Mengeluh cepat lelah.
  • Mengeluh sesak nafas
2) Data Obyektif
  • Penurunan berat badan
  • Ikterus.
  • Spider naevi.
  • Anemia.Air kencing berwarna gelap.
  • Kadang-kadang hati teraba keras.
  • Kadar cholesterol rendah, albumin rendah.
  • Hematemesis (muntah darah yang berasal dari saluran cerna) dan Melena (pengeluaran feses yang yang berwarna hitam).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
  1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
  2. Intolerans aktifitas b/d kelemahan otot.
  3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1)
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.

Tujuan
: kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria
hasil: menunjukkan peningkatan nafsu makan.

Intervensi
:
  • Diskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.
  • Anjurkan makan sedikit tapi sering.
  • Batasi cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
  • Pertahankan kebersihan mulut.
  • Batasi makanan dan cairan yang tinggi lemak.
  • Pantau intake sesuai dengan diet yang telah disediakan.
Rasional :
  • Nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan.
  • Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkankapasitasnya.
  • Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
  • Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
  • Kerusakan aliran empedu mengakibatkan malabsorbsi lemak.
  • Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.

2) Intoleransi aktifitas b/d kelemahan otot.

Tujuan
: Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas toleransi.

Kriteria
hasil: menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.

Intervensi
:
  • Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: apakah tekanan darah stabil, perhatianterhadap aktifitas dan perawatan diri.
  • jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas contoh: posisi duduk di tempat tidur, bangundari tempat tidur, belajar berdiri dst.
  • Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (makan, minum, mandi, berpakaian dan eleminasi).
Rasional :
  • Stabilitas fisiologis penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
  • Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
  • Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.

Tujuan : Tidak terjadi dekubitus

Kriteria
hasil : Integritas kulit baik

Intervensi
:
  • Batasi natrium seperti yang diresepkan.
  • Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
  • Ubah posisi tidur pasien dengan sering.
  • Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari.
  • Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.
  • Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya.
Rasional :
  • Meminimalkan pembentukan edema
  • Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadaptekanan serta trauma.
  • Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
  • Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi sertakehilangan cairan dengan cara yang paling baik.
  • Meningkatkan mobilisasi edema.
  • Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar.
D. IMPLEMENTASIKEPERAWATAN
  • Mengacu pada intervensi

DAFTAR
PUSTAKA
Marylin E. Doengoes (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk. Buku Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.

No comments:

Post a Comment